Temanku bilang aku cuma pecundang.
Tidak, mereka salah. Setidaknya aku cukup berani untuk melihatnya dari balik pilar kantin. Setidaknya aku cukup berani mengintipnya dari celah buku yang sengaja kuberdirikan di tengah pelajaran. Oh baiklah, mungkin aku memang sedikit pecundang. Sekali lagi, kutekankan pada kata sedikit. Tapi mau bagaimana lagi, dia adalah primadona sekolah kami. Lelaki yang tidak melirik dirinya mungkin sudah sinting. Dan itu berarti aku adalah lelaki waras.
Aku suka sekali melihatnya tertawa, setengah pipinya yang dihiasi secuil lesung membuatku mabuk kepayang. Rambutnya yang selalu tergerai ikal menebarkan wangi stroberi, manis.
(Bukan, aku bukan maniak. Salahkan saja angin yang membawa bau itu saat kami berselisih jalan)
Dan aku suka sekali ketika dia datang menghampiriku dan berkata (dengan suaranya yang merdu) "Ayo masuk kelas, Pak Guru"
Ah, mungkin sesekali menjadi pecundang bukanlah hal yang buruk.