Akan ada saat dimana kita menyadari bahwa kita telah menjadi secuil kebahagiaan bagi orang lain. Bahwa kita lupa, bahagia tidak memiliki sudut datang. Ia datang begitu saja.
Ctik ctik ctik
Keyboard laptop beradu dengan jemariku sembari berseluncur di dunia maya. Waktuku semakin sempit dan aku masih bingung membuat judul untuk perancangan semester depan. Topiknya sudah ada, namun belum bertemu jodoh-judul yang tepat.
Seketika aku teringat seorang senior dengan tugas akhir produk tas. Dia baru saja lulus beberapa wisuda yang lalu. Jadi kuputuskan untuk meng-googling materinya sebagai referensi.
Tapi
Ternyata
Aku malah menemukan namaku di bagian daftar ucapan terimakasihnya.
Ha!
Mungkin aku sudah melongo selama lima menit.
Tetiba aku merasa menjadi orang yang sangat jahat. Ketika aku tidak menyukai seseorang, ketika aku merasa terganggu dan takut dengan seseorang aku cenderung defensif, menghindar, atau tak acuh. Dan dalam taraf tertentu aku bisa mengambil langkah yang cukup ekstrem.
Aku tidak tahu bahwa peranku sebegitu besarnya bagimu.
Maaf untuk selama ini, bukannya aku benci it's just I'm scaredly shy that I built that wall. Aku merasa tidak pernah memberikan sumbangsih dalam perjuangan tugas akhirmu. Jadi bagaimana bisa kamu malah menuliskan namaku di daftar terimakasihmu. Uh. Aku merasa mencurangi daftar, I'm not even worth for that. Aku tidak terbiasa dengan perhatian seperti ini.
Aku tahu kecil kemungkinannya kamu membaca ini, dan ini sudah lamaaa sekali, aku juga tidak tahu bagaimana harus berterimakasih kepadamu. But thanks for (maybe, even I didn't realised it myself) letting me bought a glimpse of joy on you.
Dan,
ketika kita bertemu lagi nanti, kuharap aku bisa menyapamu dengan tulus.